Nama :Cahya Nurhaeni

NIM :0703877

Jerman merupakan rep. Federal di Eropa Utara; di Utara berbatasan dengan Laut. Baltik, Denmark, dan Laut. Utara, disebelah Timur berbatasan dengan Polandia, di sebelah selatan berbatasan dengan Austriaa dan Swiss, di sebelah Barat Daya berbatasan dengan Perabcis, di sebelah Barat berbatasan dengan Luxemburg, Belgia, dan Belanda. Luasnya: 356. 957 Km2. Bahasa resmi: Jerman, Agama: Katolik Roma (43 %), Protestan/ Lutheran (40%), Islam (3%), kepercayaan lain (4%). Ibu kota: Berlin, mata uang: Deutsche Mark (DM) [Ensiklopedia Indonesia seri geografi, edisi baru (Eropa)].

Dalam bidang ekonomi, dapat dilihat dari hasilnya bahwa Jerman termasuk negara Industri terbesar di dunia. Perindustrian negara ini menyumbang sekitar 30 % pendapatan Nasional dan menyerap 30 % tenaga kerja nagara ini. Dalam bidang pertanian, hanya menyerap 3 % tenaga kerja dan persentase in makin lama makin berkurang, khususnya sejak peningkatan mekanisme dalann bidang pertanian. Dengan hutannya yang lebih dari 1. 000.000 km2, Jerman memiliki cadangan kayu yang besar. Pertanian yang paling produktif dibekas wilayah Jerman Timur terdapat dibagian selatan, yang juga merupakan daerah penduduk paling padat sekaligus daerah industri [Ensiklopedia Indonesia seri geografi, edisi baru (Eropa)].

Jerman Timur dan Barat pada awalnya adalah satu negara yakni negara Jerman. Akan tetapi pada saat PD II, Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Soviet adalah negara yang mengalahkan kekuasaan NAZI di negara Jerman. Berdasarkan Perjanjian Yalta dan Potsdam masing-masing menangani Jerman dan Berlin. Karena posisi timur dan barat yang berseberangan, pada 1949 Uni Soviet memberi dukungannya untuk membentuk sosialis Jerman Timur. Sementara AS, Inggris, Prancis, mengendalikan wilayah Jerman Barat dan menerapkan sistem demokrasi. Setelah 40 tahun terpecah, tak terhitung banyaknya keluarga Jerman yang terpisah, rakyat menganggap robohnya Tembok Berlin sebagai lambang hilangnya batas antara Jerman Timur dan Barat, dan pada saat itu, perekonomian Jerman Timur sudah di ambang kehancuran, dan sulit untuk bertahan.

Setelah runtuhnya pemerintahan sosialis Jerman Timur, yang disisakan bagi seluruh rakyat Jerman serta pemerintah demokrasi Jerman Barat, hanyalah seonggok masalah perekonomian rakyat yang bobrok sebagai akibat dari kebijakan ekonomi yang buruk. [Dikutip dari: http://www.epochtimes.co.id/internasional.php?id=918. Oleh The Epoch Times/lie]. Cara pertama yang dapat dilakukan oleh pemerintahan Jerman yang baru bersatu adalah “Perjanjian Mata Uang, Ekonomi, dan Kesejahteraan Setelah Reunifikasi” yang ditanda tangani oleh kedua pemerintahan pada 18 Mei 1990, yang intinya adalah menggantikan mata uang Mark Jerman Timur dengan Mark Jerman Barat, mengembalikan perekonomian Jerman Timur ke dalam jalur perekonomian Jerman Barat, dan mulai berlaku pada 1 Juli 1990.

Pada tanggal 1 Juli 1990 mata uang Jerman Barat D-Mark mulai diberlakukan di Jerman Timur. D-Mark disambut dengan gembira oleh warga Jerman Timur, akan tetapi dengan diberlakukannya mata uang Jerman Barat yakni D-Mark di Jerman Timur berakibat fatal bagi perekonomian Jerman Timur. Uang pensiun dan tabungan mencapai nilai 6000 DDR Mark (mata uang Jerman Timur) hanya dapat ditukar satu banding satu dengan D-Mark. Demikian juga dengan gaji para karyawan harus dibayar dalam D-Mark. Hanya dalam waktu semalam, perusahaan Jerman Timur tiba-tiba harus bersaing dengan perusahaan Jerman Barat. Persaingan dagang dan keuanganpun tidak mungkin dapat dimenangkan oleh Jerman Timur. Warga Jerman Timur sendiri tidak diperbolehkan membeli barang – barang untuk produk dalam negeri, baik itu bahan makanan atau minuman, peralatan teknis atau kendaraan, semuanya harus produk dari Barat.

Kekacauan perekonomian ini sangat berdampak pada pertumbuhan perekonomian Jerman setelah adanya penyatuan antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Para pakar sebelumnya telah memperkirakan, bahwa penyatuan mata uang akan meruntuhkan ekonomi Jerman Timur. Akan tetapi, Theo Waigel yang kala itu menjabat menteri keuangan Jerman, baru-baru ini menyatakan, tidak ada alternatif lain pada tahun 1990, “Jika D-Mark tidak datang kepada kita, kita lah yang akan datang ke sana,” begitu diserukan orang di Jerman Timur. “Di Departemen Keuangan, juga dengan dewan pakar, kami telah mendiskusikan semua kemungkinanan teoritis, rencana bertahap, kemungkinan yang lebih efektif,” kenang Theo Waigel, yang menjabat menteri keuangan dari tahun 1989 sampai 1998. “Seluruh rencana tidak mungkin dilaksanakan, kecuali jika kita kembali membangun perbatasan antara Jerman.” [Dikutip dari: http://www.dw-world.de/dw/article/0,,6067721,00.html, oleh Sabine Kinkartz/Yuniman Farid].

Pertumbuhan perekonomian pada Jerman yang pada saat itu baru bersatu belum merata, perusahaan – perusahaan Jerman Barat memasarkan hasil industri ke Jerman Timur akan tetapi tetap melakukan produksi di Jeman Barat. Juga dalam pemerataan lapangan pekerjaan di daerah Jerman Timur tumbuh hanya dengan perlahan, sekalipun kekuatan ekonomi per kapita Jerman Timur juga hanya sebesar 71 persen dari Jerman Barat. Sementsra itu produk domestik brutto yang dihasilkan dari sektor swasta hanya mencapai 66 persen dari jumlah produk domestik brutto di Barat.

“Pembangunan wilayah timur Jerman merupakan proyek solidaritas terbesar yang pernah dijalankan di Jerman” lanjut Waigel. Proyek solidaritas yang masih akan berjalan lama. Belum ada negara bagian di timur Jerman yang mampu membiayai diri sendiri. Semua pekerja di Barat harus membayar iuran tambahan yang disebut iuran solidaritas. Pakta Solidaritas ini masih akan berjalan sampai tahun 2019. Artinya, sampai waktu tersebut, Barat masih akan mengucurkan dana yang besar ke wilayah Timur. [Dikutip dari: http://www.dw-world.de/dw/article/0,,6067721,00.html, oleh Sabine Kinkartz/Yuniman Farid].

Laporan Departeman Dalam Negeri Jerman dalam peringan 20 tahun Jerman bersatu pada tahun 2010 menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian ekonomi dan pembangunan pada wilayah bekas Jerman Timur “Sejak 1990 sampai dengan sekarang telah tercapai banyak hasil menggembirakan yang sulit dipercaya.” Ia melimpahkan jasa ini pada rakyat, yang telah menorehkan catatan sejarah reformasi yang belum pernah ada ini dengan keyakinan dan tekad di hati. “Selama 20 tahun terakhir, adalah prestasi dan hasil sejarah yang tercipta berkat seluruh rakyat Jerman”. [Dikutip dari: http://www.epochtimes.co.id/internasional.php?id=918. Oleh The Epoch Times/lie)

Laporan reunifikasi menyebutkan, rata-rata GNP warga bekas Jerman Timur yang hanya 9.751 euro pada 1991, telah meningkat menjadi 19.500 euro pada 2009, atau mencapai 2 kali lipat dari sebelumnya. Sementara indeks bersama Jerman Barat pada 1991 sebesar 24.872 euro, sampai 2009 meningkat menjadi 27.929 euro, atau meningkat sebesar 12%. (Rata – rata GNP China pada 2009 hanya 3.711 dolar AS, atau sekitar 2.855 euro). Jika dibandingkan antara periode yang sama, pada 1991 rata-rata GNP warga Jerman Timur hanya 2/5 dari GNP Jerman Barat, sementara pada 2009 sudah mencapai lebih dari 2/3 dari GNP warga Jerman Barat.

Jika dilihat dari struktur ekonominya, kemampuan persaingan wilayah bekas Jerman Timur di ajang internasional juga terus bertambah kuat sejak 1995, sehingga membentuk industri modern yang bertumpu pada teknologi ramah lingkungan dan pemanfaatan energi surya. Setelah dilakukan swastanisasi, perusahaan negeri bekas Jerman Timur berkembang hingga lebih dari 30.000 unit perusahaan pertanian dengan kapasitas yang berbeda.

Bersatunya kembali Jerman Barat dan Jerman Timur sangat dirasakan sebagai sebuah hadiah bagi kehidupan masyarakat Jerman Timur karena dapat terlepas dari sistem pemerintahan yang sosialis pada saat itu, dan memulai kehidupan yang demokrasi bersama – sama dengan Jerman Barat. Kehidupan masyarakat Jerman Timur dalam bidang perekonomian mengalami peningkatan tidak seperti pada saat Jerman Timur terpisah dari Jerman Barat.

Dalam era globalisasi, Globalisasi telah mengubah wajah perekonomian Jerman. Seiring bergulirnya globalisasi, Perusahaan-perusahaan Jerman yang didukung oleh pemerintah Schröder, menata kembali kebijakan ekonominya. Dengan politik pengaturan upah dan waktu kerja yang lebih fleksibel diharapkan Jerman siap bersaing di bursa saham internasional. Tak hanya itu, wajah-wajah internasional mewarnai wajah anggota dewan direksi beberapa perusahaan Jerman.

Jika dilihat dari kasus dan proses pemulihan perekonomian saya dapat simpulkan bahwa teori yang diterapkan untuk memperbaiki perekonomian pasca Jerman bersatu dan meningkatkan pertumbuhan pembangunannya Jerman menggunakan Teori Dependensi Baru. Karena pertumbuhan perekonomian yang di alami pasca Jerman bersatu sangat tergantung para Ekspor luar negeri. Menurut Teori Dependensi baru negara Dunia Ketiga tidak lagi hanya semata bergantung pada asing, tetapi sebagai aktor yang aktif yang secara cerdik berusaha untuk bekerja sama dengan modal domestik dan modal internasional. Konsep ini dapat menjelaskan sekalipun dalam era globalisasi—wajah lain dari kapitalisme internasional—telah melakukan penetrasi kultural ke segala mata angin dunia, maka seharusnya ekspresi kebudayaan dunia akan bermuka tunggal dalam satu kontrol [Dikutip:http://awandaerna.multiply.com/journal/item/2/Perspektif_Teori_Modernisasi_dan_Teori_Dependensi] . Dalam hal ini Jerman tidak hanya bergantung pada negara – negara central akan tetapi Jerman juga berperan penting dalam proses pertumbuhan itu sendiri dengan melakukan.

DAFTAR RUJUKAN

Ensiklopedia Indonesia seri geografi, edisi baru (Eropa).

Tersedia: [Online]. http://www.epochtimes.co.id/internasional.php?id=918

Tersedia: [Online]. http://www.dw-world.de/dw/article/0,,6067721,00.html

Tersedia:[Online].http://awandaerna.multiply.com/journal/item/2/Perspektif_Teori_Modernisasi_dan_Teori_Dependensi